Sistem Indera

SISTEM INDERA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap makhluk hidup di bumi diciptakan berdampingan dengan alam, karena alam sangat penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Karena itu setiap makhluk hidup, khususnya manusia harus dapat menjaga keseimbangan alam. Untuk dapat menjaga keseimbangan alam dan untuk dapat mengenali perubahan lingkungan yang terjadi, Tuhan memberikan indra kepada setiap makhluk hidup.
indra ini berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan, baik yang terjadi di dalam maupun di luar tubuh. indra yang ada pada makhluk hidup, memiliki sel-sel reseptor khusus. Sel-sel reseptor inilah yang berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan yang terjadi. Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi menjadi dua, yaitu interoreseptor dan eksoreseptor.
Indra ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti mengenali/ mencium bau.

B.     Ruang Lingkup Masalah
1.         Struktur dan Fungsi Telinga Luar, Tengah dan Dalam
2.         Faal Pendengaran
3.         Faal Keseimbangan
4.         Organ Penghidu dan Jalur Pernapasan Olfaktori Sampai di Otak
5.         Struktur Pengecap dan Pembau
6.         Praktikum Pendengaran dan Keseimbangan

C.    Manfaat
Agar kita dapat mengetahui struktur dan fungsi dari system indra dan bagaimana praktikum pendengaran dan keseimbangan.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Struktur dan Fungsi Telinga Luar, Tengah dan Dalam
1.         Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan membran timpani (gendang telinga). Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini kurang mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran suara. Bentuk daun telinga yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah daun telinga pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran menuju gendang telinga. Saluran luar yang dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan rambut-rambut halus yang menjaga agar benda asing tidak masuk, dan kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang telinga tidak kering.
2.         Telinga Tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan udara agar seimbang. Di dalamnya terdapat saluran Eustachio yang menghubungkan telinga tengah dengan faring. Rongga telinga tengah berhubungan dengan telinga luar melalui membran timpani. Hubungan telinga tengah dengan bagian telinga dalam melalui jendela oval dan jendela bundar yang keduanya dilapisi dengan membran yang transparan.
Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun seperti rantai yang menghubungkan gendang telinga dengan jendela oval. Ketiga tulang tersebut adalah tulang martil (maleus) menempel pada gendang telinga dan tulang landasan (inkus). Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang sanggurdi (stapes) yang berhubungan dengan jendela oval. Antara tulang landasan dan tulang sanggurdi terdapat sendi yang memungkinkan gerakan bebas.
Fungsi rangkaian tulang dengar adalah untuk mengirimkan getaran suara dari gendang telinga (membran timpani) menyeberangi rongga telinga tengah ke jendela oval.
3.         Relinga Dalam
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari labirin tulang dan labirin membran. Ada 5 bagian utama dari labirin membran, yaitu sebagai berikut.

a.         Tiga saluran setengah lingkaran
b.        Ampula
c.         Utrikulus
d.        Sakulus
e.         Koklea atau rumah siput
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui saluran sempit. Tiga saluran setengah lingkaran, ampula, utrikulus dan sakulus merupakan organ keseimbangan, dan keempatnya terdapat di dalam rongga vestibulum dari labirin tulang. Koklea mengandung organ Korti untuk pendengaran. Koklea terdiri dari tiga saluran yang sejajar, yaitu: saluran vestibulum yang berhubungan dengan jendela oval, saluran tengah dan saluran timpani yang berhubungan dengan jendela bundar, dan saluran (kanal) yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh membran.
Di antara saluran vestibulum dengan saluran tengah terdapat membran Reissner, sedangkan di antara saluran tengah dengan saluran timpani terdapat membran basiler. Dalam saluran tengah terdapat suatu tonjolan yang dikenal sebagai membran tektorial yang paralel dengan membran basiler dan ada di sepanjang koklea. Sel sensori untuk mendengar tersebar di permukaan membran basiler dan ujungnya berhadapan dengan membran tektorial. Dasar dari sel pendengar terletak pada membran basiler dan berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung membentuk saraf pendengar. Bagian yang peka terhadap rangsang bunyi ini disebut organ Korti.

B.     Faal Pendengaran
Secara umum jalannya impuls dari telinga ke primary  auditory cortex bermula dari adanya suara yang kita dengar. Suara itu menggetarkan membrana tympani yang selanjutnya menggetarkan tulang-tulang maleus, incus, dan stapes secara berturut-turut. Getaran states mendorong perilymphe pada skala petibuli kemudian perilymphe menggetarkan membrana bsilliaris dimana terdapat organon corti yang menuju otak. Berjalannya ke otak dimulai dari akson-akson disinapsis saraf-saraf pendengaran bagian ipsilateral dari cochlearnuclei kemudian diteruskan ke nucleus superior olivary dari inverior colliculi mereka melakukan sinapsis dengan neuron yang menuju nucleus medial geniculate di thalamus yang akhirnya akan menuju ke auditori kortex.
         Sebagian besar primary auditory kortex dan daerah secondary auditori kotex terletak dibagian lateral fissure. Untuk kemampuan berbahasa umumnya dikontrol dari hemispheere bagian kiri, sedangkan sebagian auditori kotex sebelah kanan mengontrol analisi pengucapan atau speech.
1.         Transmisi Hawa (Aerotymponal) yaitu jalannya getaran melalui penghantar hawa. Jalannya impuls  sebagai berikut : sumber suara menggenarkan udara “kemudian” daun telinga “kemudian” meatus acusticus externus “kemudian” menggetarkan membrana thympani “kemudian” osicula auditiva “kemudian” menggetarkan perilymphe “kemudian” membrana basalis bergetar “kemudian” organon corti (reseptor pendengaran) bergetar “kemudian” membrana tectoria “kemudian” menstimulasi ujung rambut neuroepithel “kemudian” nervus cochlearis “kemudian” otak (lobus temporalis) “kemudian” sadar akan bunyi
2.         Transmisi Tulang (Craniotymponal) yaitu jalan getaran melalui penghantar tulang. Jalannya impuls sebagai berikut : getaran sumber suara “kemudia” menggetarkan tulang kepala “kemudian” menggetarkan perilymphe pada skala vestibuli “kemudian” skala tymphani “kemudian” dan proses selanjutnya sama dengan penghantaran melalui hawa.

C.    Faal Keseimbangan
1.      Keseimbangan Statis
Keseimbangan statis ini merupakan keseimbangan yang berhubungan dengan orientasi letak kepala (badan) terhadap gravitasi bumi. Yang berperan pada keseimbangan statis ini adalah sakulus dan ultrikulus( pada kanalis semi sirkularis).Bila kepala miring ke satu arah, otolith yang berat akan tertauk ke bawah oleh gravitasi bumi, hal ini akan menarik lapisan gelatin ke bwah yang kemudin merangsang sel-sel rambut. Impuls keseimbangan ini kemudian dijalarkan melalui bagian vetibularis dari syaraf ke VIII medula kemudian ke korteks otak.
2.      Keseimbangan Dinamis
Keseimbangan ini merupakan suatu upaya pertahanan keseimbangan tubuh terhadap gerakan-gerakan berbagai arah, misalnya berputar, jatuh, percepatan, dsb. Bila kepala bergerak kesegala arah, maka cairan didalam canalis semi sirkularis akan bergerak ke arah sebaliknya sehingga akan menekukan cupula. Dengan demikian sel-sel rambut terangsang dan timbul ilmpuls menuju syaraf ke VIII. Karena ketiga canalis semisircularis ini letaknya saling tegak lurus maka gerakan kepala kesegala arah dapat terkontrol oleh alat keseimbangan.

D.    Organ Penghidu dan Jalur Pernapasan Olfaktori Sampai di Otak
1.         Anatomi Hidung
a.         Nasus externus
Mempunyai ujung yang bebas, yang dilekatkan ke dahi melalui radix nasi atau jembatan hidung, Lubang luar hidung adalah kedua nares atau lubang hidung. Setiap nasris dibatasi di lateral oleh ala nasi dan di medial oleh septum nasi.
Rangka nasus externus dibentuk di atas oleh os nasale, processus frntalis ossis maxillares, dan pars nasalis ossis frontalis. Di bawah, rangka ini dibentuk oleh lempeng-lempeng tulang rawan, yaitu cartilago nasi superior dan inferior, dan cartilago septi nasi.
b.        Cavum nasi
Terletak dari nares di sampai choanae di belakang. Rongga ini dibagi oleh septum nasi atas belahan kiri dan kanan. Setiap belahan mempunyai dasar, atap, dinding lateral dan dinding medial.Dasar dibentuk oleh processus palatinus maxillae dan lamina horizontalis ossis palatini,  yaitu permukaan atas palatum durum.
Bagian atap sempit dan dibentuk dari belakng ke depan oleh corpus ossis sphenoidalis, lamina cribrosa ossis ethmoidalis, os frontale, os nasale dan cartilagines nasi. Dinding lateral ditandai dengan tiga tonjolan disebut concha nasalis superior, media dan inferior. Area di bawah setiap concha disebut meatus.
1.        Recessus sphenoethmoidalis adalah daerah kecil yang terletak di atas terletak di atas concha nasalis superior dan di depan corpus ossis sphenoidalis. Di daerah ini terdapat muara sinus sphenoidalis.
2.        Meatus nasi superior terletak di bawah dan lateral concha nasalis superior. Di sini terdapat muara sinus ethmoidalis posteriores.
3.        Meatus nasi media terletak di bawah dan lateral concha media. Pada dinding lateralnya terdapat prominentia bulat, bulla ethmoidalis, yang disebabkan oleh penonjolan sinus ethmoidales medii yang terletak di bawahnya. Sebuah celah melengkung, disebut hiatus semilunaris, terletak tepat di bawah bulla. Ujung anterior hiatus masuk ke dalam saluran berbentuk corong disebut infundibulum.
4.        Meatus nasi media dilanjutkan ke depan oleh sebuah lekukan disebut atrium. Atrium ini dibatasi di atas oleh sebuah rigi, disebut agger nasi. Di bawah dan depan atrium, da sedikit di dalam naris, terdapat vestibulum.
5.        Meatus nasi inferior terletak di bawah dan lateral concha inferior dan padanya terdapat muara ductus nasolacrimalis. Dinding medial atau septum nasi adalah sekat osteocartilago yang ditutupi membrana mucosa.
6.        Membran mucosa melapisi cavum nasi, kcuali vestibulum, yang dilapisi oleh kulit yang telah mengalami modifikasi. Membran mucosa olfactorius melapisi permukaan atas concha nasalis superior dan recessus sphenoethmoidalis; juga melapisi daerah septum nasi yang berdekatan dan atap. Membran mucosa respiratorius melapisi bagian bawah cavum nasi.
c.         Persarafan cavum nasi
N. olfactorius berasal dari sel-sel olfactorius khusus yang terdapat pada membrana mucosa yang telah dibicarakan sebelumnya. Saraf ini naik ke atas melalui lamina cribosa dan mencapai bulbus olfactorius. Saraf-saraf sensai umum berasal dari divisi ophtalmica dan maxillaris n. Trigeminus.
d.        Pendarahan cavum nasi
Suplai arteri untuk cavum nasi terutama berasal dari cabang-cabang a. Maxillaris. Vena-vena membentuk plexus yang luas di dalam submucosa.
e.         Aliran limfe cavum nasi
Pembuluh limfe mengalirkan limfe dari vestibulum ke nodi submandibularis. Bagian lain dari cavum nasi mengalirkan limfenya ke nodi cervicales profundi superior.
2.      Fisiologi
a.         Membran mukosa olfaktorius
Mengandung sel enunjang dan sel progenitor utnuk reseptor sel olfaktorus. Jumlah sel resepror sebanyak 10-20 juta. Setiap sel olfaktoris neuron. Dan membran mukosa olfaktorius selalu ditutupi oleh mukus.
b.        Korteks olfaktorius
Ketika kita menghirup yang diaktifkan adalah korteks piriformis. Saat mencium bau dengan atau tanpa menghirup, itu mengaktifkan girus orbitofrontalis anterior lobus frontalis. Serabut lain pada korteks menuju ke amigdala sebagai respon emosi rangsang pnghidu.

c.         Transduksi sinyal
Organ penghidu manusia dapat membedakan 10.000 macam bau karena terdapat bermacam-macam reseptor bau. Ada penghambatan lateral oleh glomerulus olfaktorius yamg diperantari oleh sel periglomerulus dan sel granula. Kedu sel ini bertugas untuk mempertajam dan memfokuskan sinyal olfaktorius.
d.        Protein pengikat bau
Protein pengikat bau yang telah diidolasi ialah OBP 18-kDa. Ini merupakan protein khas untuk rongga hidung. Fungsinya sebagai pembawa molekul-molekul lipofilik kecil
e.         Sniffting (Mengendus)
Terjadi akibat adanya kontraksi bagian bawah nares di septum untuk mengarahkan arus udara ke atas.
f.         Peran serabut nyeri di hidung
Dapat dirangasang oleh bahan iritatif. Juga berperan dalam bersin, lakrimasi dan penghambatan pernapasan.
g.         Adaptasi
Adanya pajanan bau tertentu yan terus menerus sehingga tejadi penurunan persepsi bau dan lama kelamaan akan berhenti.
h.        Kelainan
Anosmia adalah hilangnya daya mengidu. Selain itu ada juga, hiposmia yang merupakan kelainan dengan bekurangnya kepekaan menghidung dan disosmia yaitu distorsi daya menghidu. Ketiga kelainan ini dapat terjadi karena  tidak adanya atau gangguan fungsi pada salah satu dari berbagai anggota famili reseptor bau.

E.     Struktur Pengecap dan Pembau
1.         Indra Pengecap (Lidah)
a.         Bagian-bagian Lidah
1.        Permukaan lidah, terdapat:
papilla, yang di dalamnya terdapat saraf pengecap, dan selaput yang berlendir.

2.        Bagian lidah berdasarkan kemampuan ujung-ujung saraf pengecap rasa, yaitu:
·           bagian ujung lidah dapat merasakan rasa manis,
·           bagian ujung lidah agak ke samping dapat merasakan rasa asin,
·           bagian tepi dapat merasakan rasa asam,
·           bagian pangkal dapat merasakan rasa pahit.
b.        Fungsi Lidah  
1.         sebagai indra pengecap,
2.         sebagai alat berbicara,
3.         pengatur letak makanan saat dikunyah,
4.         membantu menelan.
c.         Struktur Lidah
1.        Otot intrinsik yang berfungsi untuk melakukan semua gerakan lidah
2.        Otot ekstrinsik
Otot ekstrinsik ini mengaitkan lidah pada bagian - bagian sekitarnya serta melakukan gerakan -gerakan kasar yang sangat menekannya pada langit-langit dan gigi, kemudian mendorongnya  masuk ke faring. Permukaan atas lidah manusia seperti beludru karena dilapisi oleh beberpalapisan. Pada manusia reseptor bagi stimulus rasa berada pada kuncup pengecap (Taste bud) yang tersebar di lidah. Permukaan lidah manusia seperti beludru, karena ditutupi oleh beberapa lapisan. Pada penampang lidah kuncup pengecap mengalami penjuluran yang biasa disebut dengan papila. Papila bermacam-macam sesuai bentuk dan lokasi banyaknya papila tersebut ditemukan.
a.         Papila  Filiforis
Papila filiformis banyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah yang berfungsi untuk menerima rasa sentuh dari rasa pengecapan. Filiformis merupakan penonjolan berbentuk seperti konus. 
b.         Papila Sirkumvalata
Papila sirkum valatam memiliki bentuk V dan terdapat 8 ± 12 jenis yang terletak di bagian dasar lidah. Sirkum valatum merupakan papila yang sangat besar dengan permukaan menutupi papila lainnya. Pada bagian belakang lidah. banyak kelenjar serosa (von ebner) dan mukosa yang mengalirkan sekresinya ke dalam cekungan yang megelilingi papilla ini. Puting kecap banyak disisi papila ini
c.         Papila Fungiformis
Papila fungiformis merupakan penonjolan dengan tangkai kecil yang menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah dan berbentuk jamur. Papila ini mengandung indra perasa pada permukaan samping atas dan terdapat disela-sela antara papila filiformis
d.        Papila Foliata
Papila foliata merupakan penonjolan yang sangat padat sepanjang pinggir samping belakang lidah. Papila ini mengandung puting perasa
2.         Indra Pembau (Hidung)
Hidung merupakan indera khusus yang terletak di dalam rongga hidung. Daerah sensitif pada indera pembau terletak di bagian atas rongga hidung.
a.         Bagian-bagian Hidung
1.        Lubang hidung
2.        Batang hidung
3.        Rongga hidung
b.        Kerja Hidung
Zat yang berbau dapat tercium oleh hidung jika telah sampai ke rongga hidung. Kemudian ujung-ujung saraf penciuman terangsang dan disampaikan ke otak sehingga kita dapat mencium baunya.
c.         Struktur Indra Pembau
1.        Sel-sel penyokong yang berupa sel-sel epitel.
2.        Sel-sel pembau (sel olfaktori) yang berupa sel saraf sebagai reseptor
Sel-sel olfaktori sangat peka terhadap rangsangan gas kimia (kemoreseptor).
Sel-sel olfaktori memiliki tonjolan ujung dendrit berupa rambut yang terletak pada selaput lendir hidung, sedangkan ujung yang lain berupa tonjolan akson membentuk berkas yang disebut saraf otak I (nervus olfaktori). Saraf ini akan menembus tulang tapis dan masuk ke dalam otak manusia.
3.         Hubungan Antara Indera Pengecap dan Pembau
Apabila ada gangguan pada indera pembau, maka kita tidak dapat mengecap dengan baik. Ketika seseorang menderita sakit pilek, maka makanan terasa hambar rasanya dan kita tidak dapat mencermati bau dengan baik. Inilah bukti bahwa antara organ pembau dengan pencium saling bekerja dengan baik. Aroma makanan yang berada di rongga dalam hidung tidak dapat tercium karena serabut saraf di situ tertutup oleh lendir pilek. Kita merasakan bau buah apel berbeda dengan jeruk dan pepaya karena adanya organ pembau.

F.     Praktikum Pendengaran dan Keseimbangan
Praktikum pendengaran dan keseimbangan adalah metode untuk melakukan berbagai tes terhadap berbagai tujuan.
1.         Praktikum Pendengaran
a.         Suara yang dibedakan tekanannya
berkolerasi dengan gelombang sinus. Suara semacam itu disebut nada murni (pure tone). Siklus gelombang menuju kompresi dan ekspansi udara seperti suara geombang yang selalu bergerak. Kedua karakteristik utama gelombang seperti itu adalah frekuensi dan amplitudo. Frekuensi diukur dengan jumlah getaran perdetik; yaitu beberapa kali perdetik sampai siklus gelombang suara diulang. Unit Hertz (singkatan Hz) digunakan untuk menunjukkan sikus perderik; yaitu suatu siklus perdetik sama dengan satu Hz. Amplitudo berhubungan dengan jumlah kompresi dan ekspansi udara, seperti digambarkan oleh panjangnya gelombang dimulai dari puncak sampai dasar kurva.
Frekuensi gelombang suara pada dasarnya merupakan penyebab dari apa yang kita alami sebagai pitch (tingkatan nada). Namun pitch sebuah nada dapat juga dipengaruhi oleh intensitas. Jadi, 'pitch' pun hanya terkait pada satu atribusi fisik stimulus. Demikian pula, 'loudness' (kerasnya suara) berkolerasi dengan kuat pada amplitudo gelmbang atau intensitas suara. Namun demikian, gelombang suara berfrekuensi rendah yang mempunyai amplitudo sama dengan suara berfrekuensi tinggi tidak selalu menghasilkan suara yang sama keras.Manusia dapat mendengar frekuensi anrata 20- 20.000 Hz.
Ketika garputala bergetar, terdapat urutan gelombang komprensi dan ekspansi. Jika gapura tala membuat 100 kali getaran perdetik, maka akan terdapat gelombang suara dengan 100 komprensi perdetik (yaitu, 100 Hz). Bunyi yang tekanannya terkorelasi dengan gelombang sinus disebut nada murni, bentuk gelombang bunyi apapun (tidak peduli betapa kompleksnya) dapat dipecah menjadi serangkaian gelombang sinus yang berbeda dengan amplitudo yang sesuai. Bila gelombang sinus tersebut dirambahkan lagi, hasilnya akan sama dengan bentuk gelombang aslinya.
b.        Loundness (kekerasan suara)
Jangkauan tekanan dan frekuensi suara yang dapat diterima oleh telinga manusia sebagai suatu informasi yang berguna, sangat luas. Suara yang nyaman diterima oleh telinga kita bervariasi tekanannya sesuai dengan frekuensi suara yang digunakan, namun suara yang tidak menyenangkan atau yang bahkan menimbulkan nyeri adalah suara-suara dengan tekanan tinggi, biasanya di atas 120 dB. Ambang pendengaran untuk suara tertentu adalah tekanan suara minimum yang masih dapat membangkitkan sensasi auditorik. Nilai ambang tersebut tergantung pada karakteristik suara (dalam hal ini frekuensi), cara yang digunakan untuk Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004 24 mendengar suara tersebut ( melalui earphone, pengeras suara, dsb), dan pada titik mana suara itu diukur ( saat mau masuk ke liang telinga, di udara terbuka, dsb).
Ambang pendengaran minimum (APM) merupakan nilai ambang tekanan suara yang masih dapat didengar oleh seorang yang masih muda dan memiliki pendengaran normal, diukur di udara terbuka setinggi kepala pendengar tanpa adanya pendengar. Nilai ini penting dalam pengukuran di lapangan, karena bising akan mempengaruhi banyak orang dengan banyak variasi. Pendengaran dengan kedua telinga lebih rendah 2 sampai 3 dB. Jika seseorang terpajan pada suara di atas nilai kritis tertentu kemudian dipindahkan dari sumber suara tersebut, maka nilai ambang pendengaran orang tersebut akan meningkat; dengan kata lain, pendengaran orang tersebut berkurang. Jika pendengaran kembali normal dalam waktu singkat, maka pergeseran nilai ambang ini terjadi sementara. Fenomena ini dinamakan kelelahan auditorik.
Kekuatan suara adalah suatu perasaan subjektif yang dirasakan seseorang sehingga dia dapat mengatakan kuat atau lemahnya suara yang didengar. Kekuatan suara sangat dipengaruhi oleh tingkat tekanan suara yang keluar dari stimulus suara, dan juga sedikit dipengaruhi oleh frekuensi dan bentuk gelombang suara. Pengukuran kekuatan suara secara umum dapat dilakukan dengan cara : 1) pengukuran subyektif dengan menanyakan suara yang didengar oleh sekelompok orang yang memiliki pendengaran normal dan yang dijadikan patokan adalah suara dengan frekuensi murni 1000 Hz, 2). Dengan menghitung menggunakan pita suara 2 atau 3 band, 3). Mengukur dengan alat yang dapat menggambarkan respon telinga terhadap suara yang didengar.
c.         Telinga adalah organ penginderaan
Dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Dasar menentukan suatu gangguan pendengaran akibat kebisingan adalah adanya pergeseran ambang pendengaran, yaitu selisih antara ambang pendengaran pada pengukuran sebelumnya dengan ambang pendengaran setelah adanya pajanan bising (satuan yang dipakai adalah desibel (dB)).
2.         Praktikum Keseimbangan
a.         Keseimbangan
Keseimbangan adalah  kemampuan untuk mempertahankan orientasi tubuh dan bagian- bagiannya dalam hubungan yang dengan ruang internal. Keseimbangan tergantung pada continous visual, labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam batang otak dan serebelum.
Gangguan keseimbangan dihasilkan dari penyakit yang mempengaruhi sentral atau pathway vestibular perifer, serebelum atau sensori pathway yang terlibat dalam proprioceptif. Sebagai gangguan biasanya menunjukkan satu atau dua masalah klinik: vertigo atau ataksia.
b.        Gangguan keseimbangan
Untuk memahami cairan endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga bila bergejolak (goyang) akan menyebabkan keseimbangan seseorang akan terganggu, memahami bahwa keseimbangan yang terganggu mudah dikembalikan seperti sediakala dan melihat adanya Nistagmus.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita tarik beberapa kesimpulan yaitu. Alat indra merupakan organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan tertentu.

B.     Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan kepada para pembaca setelah membaca, mempelajari serta memahami seluruh isi makalah ini dapat menerapkan dalam lingkungan masyarakat




DAFTAR PUSTAKA

Ethel, Sloane (2004). Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Indonesia: EGC
_____ (2003). Anatomy and Phsyiologi An Easy learner. Department of Biological Sciences. Jakarta : EGC
Snell RS. (2006). Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed. 6. Jakarta : EGC.
Ganong, Willian F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 22. Jakarta : EGC.
Ani, dkk (2009). Anatomi Fisiologi Manusia. Bandung: Cakra


Posting Komentar